Pernahkah anda melihat makhluk tak kasat mata? Jika belum, apa kalian ingin mencobanya? Banyak yang bilang ada beberapa cara bisa dilakukan untuk melihat ‘mereka’. Dan salah satunya adalah mencuci muka dengan air beras. Ada juga yang mengatakan cuci muka dengan air kelapa. Ada yang mengatakan menyisir rambut 100x di depan kaca dengan lampu dimatikan. Dan nanti pas 100 kalian nyalakan senter dan arahkan pada wajah anda sambil bercermin. Dan nanti akan ada yang ikut ngaca sama kamu.
Perbedaan Hantu Dan Iblis
Nah banyak yang kadang salah paham dengan hantu dan iblis. Meskipun keduanya sama-sama mengerikan. Hantu biasanya arwah yang gentayangan. Orang yang meninggal dan tidak tenang itu biasanya jadi arwah gentayangan. Nah itu yang biasa lalu lalang, atau ketawa kenceng, dan nangis, itu mereka adalah orang-orang yang mati tidak tenang. Entah karena kecelakaan, dibunuh, atau masih banyak yang tidak menerima kematian orang tersebut. Sehingga sering kita mendengar ada ungkapan, yasudah, yang sudah meninggal, di ikhlaskan, di maafkan, biar bisa pergi dan enggak ganggu. Ya itu adalah sebagian kepercayaan atau adat di Indonesia sendiri. Dan hantu itu biasanya hanya sekedar mengganggu, iseng, ingin bermain. Tapi mereka tidak memiliki power apa-apa. Karena mereka hanya sekedar arwah yang tidak memiliki raga. Dan iblis. Iblis ini bisa dibilang jauh lebih kuat dari hantu. Mereka bisa mencelakakan. Mereka bisa menyakiti, dan untuk melawan mereka, atau menghadapinya, jika dalam ajaran kristiani, anda perlu berpuasa. Ada yang mengatakan, Iblis itu adalah malaikat yang berpaling dari Allah. Sehingga itu kenapa mereka memiliki kekuatan lebih. Mereka bahkan bisa memanipulasi manusia. Mereka bisa memanfaatkan kelemahan manusia dan menyerang sehingga membuat manusia rapuh. Makanya banyak yang bilang iblis itu pintar. Sehingga orang yang memiliki iman yang setengah, tidak akan mampu melawannya. Orang mengusir iblis dengan doa, tapi iblis bisa mendoakan anda. Karena mereka dulunya malaikat. Jika anda penasaran, anda bisa menonton the exorcism 1973.